Galery

Galery
Fungsionalisme Struktural Robert K Merton

Fungsionalisme Struktural Robert K Merton


Pascaparsonian, muncul pemikiran Merton tentang teori fungsionalisme struktural yang memusatkan perhatian pada fenomena sosial (dalam Ritzer dan Goodman, 2004:166). Menurut Giuseppe Sciortin pada artikelnya yang bejudul Fungsionalisme dan Teori Sistem-sistem Sosial dalam Brian S Turner dalam bukunya yang berjudul Teori Sosial dari Klasik sampai Posmodern menjelaskan tentang kritik Robert King Merton terhadap teori fungsionalisme struktural dari para pendahulunya (Turner, 2012;161). Menurut Merton, ada beberapa pandangan fungsionalisme yang perlu dipandang sebagai batu sandungan yang harus ditinggalkan, bukan sebaliknya malah digunakan sebagai elemen-elemen penting yang harus digunakan sebagai pendekantan fungsional.

Beberapa pandangan yang perlu ditinggalkan menurut Merton yaitu sebagai berikut; pandangan tentang masyarakat sebagai satu badan yang utuh dan seragam, sikap yang meyakini sebagai tindakan atau proses yang dianalisis harus memiliki sejumlah fungsi tertentu, dan gagasan tentang satu hubungan yang rapi antara fenomena sosial tertentu dengan fungsi sosial tertentu. Menurut Merton, adanya hubungan fungsional dan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh tindakan-tindakan atau pola-pola tertentu terhadap struktur-struktur sosial, haruslah dikaji dan dinilai secara empiris.

Menurut Margaret M. Poloma (2003:40-41)dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Kontemporer menjelaskan bahwa teori fungsionalisme struktural Merton merupakan paradigma bulat dalam menganalisis struktur sosial. Paradigma bulat tersebut memuat tentang empat pandangan terhadap struktur sosial. Pertama, struktur sosial pada suatu kelompok tidak dengan sendirinya berfungsi fungsional bagi kelompok lain. Kedua, struktur sosial yang berfungsi fungsional pada suatu kelompok tidak selalu diketahui oleh mereka yang berperan serta dalam suatu sistem kelompok tersebut. Ketiga, suatu sistem sosial memiliki aspek fungsi alternatif yang perlu diketahui para peneliti fungsional. Keempat, pada sistem sosial tidak hanya memiliki aspek disfungsional, namun sistem sosial juga memiliki kekuatan yang mampu mendorong suatu perubahan sosial.

Merton menyatakan, disamping memusatkan perhatian pada fungsi positif, fungsionalisme struktural juga harus memusatkan perhatian pada masalah disfungsi dan nonfungsional. Lebih jauh Merton menegaskan bahwa dalam melaksanakan analisis struktural fungsional, kita harus menghindari dari analisis global dan menspesifikasikan tingkatan analisis kita. Merton-pun menambahkan gagasan bahwa teoritisi struktural fungsional harus memusatkan perhatian yang tidak hanya pada fungsi nyata (yang diharapkan) tetapi juga pada fungsi tersembunyi atau yang tidak diharapkan. Inilah bagian penting dari fungsionalisme struktural yang lepas dari perhatian Talcolt Parsons.

Robert  King  Merton,  selaku seorang  yang  mungkin  dianggap  lebih  dari  ahli  teori  lainnya, telah mengembangkan pernyataan mendasar dan jelas tentang teori-teori fungsionalisme. Model struktural fungsional Merton mengkritik apa yang dilihatnya sebagai tiga postulat dasar analisis fungsional (Ritzer dan Goodman, 2008:268) sebagai langkah penyempurnaan dari fungsionalisme struktural sebelumnya. Pertama, postulat kesatuan fungsional masyarakat. Postulat ini menyatakan bahwa seluruh kepercayaan dan praktik sosial budaya standar bersifat fungsional bagi masyarakat secara keseluruhan maupun bagi individu dalam masyarakat. Kedua, postulat fungsionalisme universal. Postulat ini dinyatakan bahwa semua bentuk dan struktur sosial kultural memiliki fungsi positif. Ketiga, postulat indispensabilitas. Dalam postulat ini Merton berargumen bahwa seluruh standar masyarakat tidak hanya memiliki fungsi positif, namun juga merepresentasikan bagian-bagian tak terpisah dari keseluruhan.

Merton meyakini bahwa tidak semua masyarakat memiliki tingkat integrasi sosial yang sama/ tidak semua bagian dari kebudayaan fungsional. Dalam kebudayaan masyarakat senantiasa juga terdapat disfungsi. Sesuatu mungkin fungsional pada satu bagian masyarakat, tetapi juga disfungsi bagi anggota masyarakat lain. Merton menegaskan bahwa hubungan antara fungsional dan disfungsi bersifat saling mempengaruhi.

Merton melanjutkan, di dalam sistem sosial memiliki fungsi manifes dan fungsi laten. Fungsi manifes adalah jelas, milik publik, ideologis, nyata, alamiah/ tidak dibuat-buat, serta memiliki maksud dan penjelmaan dari akal sehat. Fungsi manifes adalah tujuan atau penjelasan aktor dalam struktur yang berguna untuk menilai atau menjelaskan fakta sosial, kelompok atau peristiwa (arti sederhananya yaitu fungsi yang dikehendaki). Sedangkan yang dimaksud sebagai fungsi laten adalah fungsi yang tidak diharapkan dan tidak mengenali konsekwensi dari konsep yang sama. Merton menegaskan, beberapa isu yang bisa dilihat dengan dua konsep diatas misalnya perkawinan antar ras, stratifikasi sosial, frustasi, propaganda sebagai alat kontrol sosial, mode pakaian, dinamika kepribadian, dan dinamika birokrasi.

Menurut Jean Francois Doktier dalam Anthoni Gidden dkk dalam buku yang berjudul Sosiologi Sejarah dan Berbagai pemikirannya, Anthony Giddens menjelaskan bahwa Robert K Merton merupakan sosiolog yang memposisikan diri pada middle range theories (Giddens, 2005;112).  Middle range theories atau teori berjangkauan menengah Merton ini meyakini bahwa teori yang baik adalah teori yang peduli dengan validitas data dan ketepatan peristiwa. Hanya teori tersebutlah yang dapat diterapkan pada rangkaian data terbatas diantaranya tentang peristiwa misalnya; dinamika kelas-kelas sosial, tekanan sosial, konflik sosial, otoritas, dan kekuasaan interpersonal.

Menurut Achmad Fedyani Saefuddin dalam bukunya yang berjudul Antropologi Kontemporer Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma menjelaskan bahwa teori fungsionalisme struktural merupakan suatu sistem interaktif dalam suatu proses perubahan yang terkontrol atau ekuilibrium dinamik (Saefuddin, 2006:156). Elemen-elemen yang membangun suatu sistem interaktif dalam suatu proses yang terkontrol itu diantaranya struktur, status dan peranan, norma-nilai-dan institusi, dan fungsi. Adapun batasan-batasan dari elemen-elemen tersebut adalah sebagai berikut.

Struktur merupakan pola-pola nyata hubungan atau interaksi antara berbagai komponen masyarakat. Pola-pola nyata yang dimaksud adalah pola-pola yang relatif bertahan lama karena interaksi-interaksi tersebut terjadi dalam cara yang kurang-lebih terorganisasi. Status merupakan posisi individu dalam suatu sturktur sosial. Adapun kewajiban-kewajiban individu yang menempati posisi dalam suatu struktur sosial disebut peranan. Norma-nilai-dan institusi merupakan suatu ide-ide atau simbol-simbol yang berapa dalam pikiran individu sebagai kode dan sanksi bagi interaksi mereka yang telah permanen. Selanjutnya fungsi merupakan tugas-tugas masyarakat dalam sebuah struktur sosial untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Menurut Merton (Sciortin dalam Turner, 2012;161-162) suatu analisis fungsional harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang sifatnya memadai. Pertama, dia menetapkan bahwa yang layak menjadi objek analisis fungsional hanyalah unit-unit sosial standar. Syarat ini berbeda dengan yang disampaikan para pendahulunya (Radcliffe Brown dan Parsons). Kedua, analisis tersebut harus membedakan antara penjelasan tentang disposisi subjektif dan akibat-akibat yang tidak direncanakan. Ketiga, akibat-akibat yang tidak disengaja atau tak direncakan itu harus digambarkan sebagai suatu jaringan keseimbangan antara beragam akibat – positif dan negatif, manifes maupun laten. Keempat, akibat-akibat fungsional harus dikaitkan dengan unit-unit struktural tertentu, yang syarat-syaratnya harus dijadikan objek dari suatu analisis tersendiri. Kelima, analisis harus memberikan pembahasan yang memuaskan tentang mekanisme-mekanisme melalui mana syarat-syarat semacam itu harus dipenuhi, (tentang alternatif-alternatif fungsional yang mungkin tindakan-tindakan atau proses-proses yang bisa memberikan hasil yang sama dengan cara berbeda) dan hambatan-hambatan struktural (beragam item yang bisa diterima di dalam kondisi-kondisi struktural yang bersangkutan). Menurut Merton, setelah menyelesaikan semua tugas di atas, barulah analis dapat dengan aman mengkaji dan menilai peran yang dimainkan oleh hubungan fungsional yang bersangkutan di dalam proses yang dinamis dan implikasi-implikasinya. Berdasarkan pandangan di atas, elemen-elemen yang digunakan dalam fungsionalisme struktural diantaranya; norma sosial, struktur sosial, aktor sosial, fungsi dan disfungsi, keseimbangan dan ketidakseimbangan, dan perubahan sosial dalam menjamin keutuhan masyarakat sebagai suatu sistem. Berangkat dari pandangan di ataslah, fenomena pernikahan dini pada masyarakat Tagaldowo dianalisis dengan menggunakan fungsinalisme strutural ala Robert King Merton.



Fungsionalisme Struktural Talcolt Parsons

Fungsionalisme Struktural Talcolt Parsons



Berkaitan dengan perspektif fungsional, Parsons (dalam Hoogvelt, 1995:82) mengemukakan empat hal yang berkaitan dengan struktur sosial dan fungsinya. Pertama, masyarakat adalah suatu sistem yang secara keseluruhan terdiri dari bagian-bagian yang saling bergantung. Kedua, keseluruhan atau sistem yang utuh itu menentukan bagian-bagiannya. Bagian yang satu tidak dapat difahami secara terpisah kecuali dengan memperhatikan hubunganya dengan sistem keseluruhan  yang lebih luas dimana bagian-bagian lainnya menjadi unsurnya. Menurut Parsons, bagian-bagian tersebut diantaranya; nilai kultural, pranata hukum, pola organisasi kekeluargaan, pranata politik, dan organisasi ekonomi-teknologi. Ketiga, tiap-tiap bagian  harus difahami dalam kaitannya dengan fungsinya terhadap keseimbangan sistem keseluruhan. Antara bagian-bagian dan keseluruhan sebagai satu sistem terdapat hubungan fungsional. Keempat, logika yang berasal dari pandangan pertama dan ketiga dapat ditarik pandangan bahwa saling tergantung antara bagian-bagian tersebut adalah fungsi dari  saling ketergantungan itu sendiri, bagian-bagian itu saling mendukung satu sama lain, dan bagian-bagian tersebut saling  mendukung antara  bagian-bagian yang lainnya dalam rangka  membantu memelihara keutuhan keseluruhan.

Keharusan adanya fungsi saling mendukung antara berbagai struktur yang dimaksudkan Parsons adalah fungsi saling mendukung dari setiap komponen sistem sosial tersebut. Arti penting fungsi saling mendukung itu adalah untuk menjamin keutuhan masyarakat sebagai suatu sistem. Setiap komponen yang menjadi unsur struktur dalam suatu masyarakat saling membatasi jarak dan berdampingan secara damai serta berperan sebagaimana  yang diharapkan dalam sistem (masyarakat) sebagai kesatuan.

Pembahasan  teori  fungsionalisme  struktural  Parsons  diawali  dengan  empat  skema  penting mengenai  fungsi  untuk  semua  sistem  tindakan. Skema  tersebut  dikenal  dengan  sebutan  skema AGIL. Sebelumnya menurut Parsons, suatu sistem sosial akan berfungsi jika struktur sosial tersebut mampu melakukan  pemenuhan  kebutuhan  sosial. Menurut  Parsons  ada  empat  fungsi  penting  yang  mutlak  dibutuhkan  bagi  semua sistem  sosial, meliputi Adaptation (A), Goal attainment (G), Integration (I), dan Latency (L).  

Menurut Parsons, adaptation  memiliki fungsi  yang amat  penting, dimana sistem  sosial harus  dapat  beradaptasi  dengan  cara menanggulangi  situasi  eksternal  yang  gawat. Parsons menegaskan,  setiap sistem  harus  bisa  menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Melalui penyesuaian lingkungan, kebutuhan akan berkecukupan. Selanjutnya, goal  attainment merupakan  pencapainan  tujuan  sangat  penting,  dimana  sistem  harus  bisa mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya. Integration berarti  sebuah  sistem  sosial harus  mampu  mengatur  dan  menjaga  antar  hubungan bagian-bagian  yang  menjadi  komponennya. Selain  itu  sistem sosial juga mengatur  dan  mengelola  ketiga fungsi sebelumnya (AGL). Kemudian latency  berarti  sistem  sosial harus  mampu  berfungsi  sebagai  pemelihara  pola. Sebuah sistem harus memelihara dan memperbaiki motivasi pola-pola individu dan kulturalnya. Menurut Parsons, empat  fungsi  tersebut  wajib  dimiliki  oleh  semua  sistem  sosial jika sistem  sosial agar dan ingin tetap  bertahan  (survive) lama.

Dalam pola fungsi kerjanya, Parsons menambahkan, adaptasi dilaksanakan dengan cara menyesuaikan diri dan mengubah lingkungan eksternal. Sedangkan fungsi pencapaian tujuan atau goal attainment difungsikan oleh sistem kepribadian dengan menetapkan tujuan  sistem  dan  memobilisasi  sumber  daya  untuk  mencapainya.  Selanjutnya fungsi  integrasi  dilakukan oleh  sistem  sosial yang ada. Adapun laten  difungsikan  sistem  kultural.  Bagaimana  sistem  kultural  bekerja, menurut Parsons,  jawabnya  adalah  dengan  menyediakan  aktor  serta seperangkat  norma  dan  nilai  yang  memotivasi aktor lainnya untuk  bertindak. Adapun tingkat  integrasi  terjadi  dengan  dua  cara.  Pertamamasing-masing tingkat  yang  paling  bawah  menyediakan  kebutuhan  kondisi  maupun  kekuatan  yang  dibutuhkan untuk  tingkat  atas.  Kedua, tingkat  yang  diatasnya  berfungsi  mengawasi  dan  mengendalikan tingkat  yang  ada  dibawahnya. Untuk melihat lebih jauh tentang teori fungsionalisme struktural selanjutnya adalah paparan tentang pandangan dari fungsionalisme struktural ala Robert King Merton.


Sumber Rujukan:
Hoogvelt, Ankie M.M. 1995. Sosiologi Masyarakat Sedang Berkembang. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ritzer, George-Douglas J. Goodman. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana Predana Media Group
dengan diadaptasikan dari berbagai sumber. 
Fungsionalisme Struktural Radcliffe-Brown

Fungsionalisme Struktural Radcliffe-Brown



Arthur Reginald Radcliffe-Brown adalah ahli antropologi sosial yang mendasarkan teorinya mengenai perilaku manusia pada konsep fungsionalisme.  Radcliffe-Brown meyakini bahwa berbagai aspek perilaku sosial, bukanlah berkembang untuk memuaskan kebutuhan individual, tetapi justru timbul untuk mempertahankan struktur sosial masyarakat. Struktur sosial dari suatu masyarakat adalah seluruh jaringan dari hubungan-hubungan sosial yang ada.

Satu contoh konkret dari pendekatan strukural-fungsional dari Radcliffe-Brown adalah analisisnya tentang cara penanggulangan mengenai ketegangan yang cenderung timbul diantara orang-orang yang terikat karena perkawinan pada suatu masyarakat tertentu. Contoh dari penelitian Radcliffe-Brown, tentang ketegangan itu misalnya datang dari pihak ipar atau besan yang banyak terjadi pada suku Indian Navajo di Amerika Serikat. Dalam hal itu Radcliffe-Brown mengemukakan bahwa masyarakat Navajo dapat melakukan satu dari dua cara sebagai berikut. Pertama, dibuat peraturan yang ketat yang tidak membuka kesempatan bertemu muka diantara orang yang mempunyai hubungan ipar atau besan. Kedua, hubungan itu dianggap sebagai hubungan biasa saja dalam arti seolah-olah diantara mereka tidak ada hubungan perkawinan. Dengan begitu konflik antara anggota-anggota  keluarga atau besan dapat dihindarkan, dan unsur budaya yang ada pada anggota-anggota keluarga itu tetap berfungsi dalam menjaga solidaritas sosial.

Pendekatan teori struktural fungsional Radcliffe Brown ini menekankan bahwa suatu kebiasaan tertentu pada nyatanya berfungsi membantu pemeliharaan sistem sosial masyarakat. Perihal pernikahan dini misalnya, pada masyarakat Tegaldowo masih kerap terjadi tindakan sosial perjodohan dalam usia dini yang dilakukan para orang tuanya. Dan tidak lama kemudian, perceraian segera dilangsungkan oleh pasangan nikah yang masih belia tersebut tanpa persetujuan orang tuanya. Merujuk pandangan struktural fungsional Radcliffe Brown di atas, tentu saja fenomena pernikahan dini tidak dapat dipandang gagal sebelah mata, karena karena pernikahan memiliki fungsi membantu pemeliharaan sistem sosial masyarakatnya.

Senada dengan fungsionalisme Radcliffe Brown dalam menjelaskan fungsi pada pernikahan, Ihormi (1986:61-62) berpandangan bahwa kita tidak dapat ber-asumsi bahwa semua kebiasaan dalam satu masyarakat memang berfungsi hanya dengan melihat kenyataan bahwa masyarakat tersebut pada saat itu “jalan” atau berfungsi. Namun yang menjadi penting adalah orientasi teoretis ini tidak berhasil memberi penjelasan mengapa sesuatu masyarakat memilih cara pemenuhan kebutuhan struktural sosial yang tertentu sifatnya. Tentunya bagi satu masalah tertentu tidaklah seharusnya hanya dipecahkan menurut cara tertentu saja. Ihromi menegaskan, masih diperlukan penjelasan mengapa pilihan dijatuhkan pada satu cara dari antara sekian alternatif yang ada. Berangkat dari pandangan Ihromi yang dijadikan koreksi pada teori fungsinalisme struktural Radcliffe-Brown, selain kajian pernikahan dini ini menitikberatkan fungsi dalam struktur, juga mengupas tentang mengapa masyarakat memilih tindakan pernikahan dini dalam meraih fungsinya itu sendiri.

Sumber Rujukan :
Ihromi, T. O. 2004. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor, dengan diadaptasikan dari berbagai sumber.